PENGETAHUAN
MATERIAL TEKNIK
“PEMBENTUKAN BAJA
PROFIL DENGAN PROSES EKSTRUSI, SIFAT-SIFAT FISIK DAN MEKANIS MATERIAL”
KELOMPOK 3 :
- ANIK MUJIATI
-
DONNY INDRA
MANDAGI
-
DESRI BANNE
-
RINA
ANJELIKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi nilai tambah mata kuliah
“PENGETAHUAN MATERIAL TEKNIK”. Adapun pembuatan makalah ini berkaitan dengan
“Pembentukan Baja Profil dengan Proses Tekan/Ekstrusi, Sifat-sifat Fisis dan
Sifat-sifat Mekanis Material”, sehingga dapat menambah pengetahuan kita semua.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapatkan saran dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, dalam hal ini adalah
Bapak Sirama selaku dosen yang telah mangajarkan pengetahuannya kepada kami
para mahasiswa (i), sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Di dalam penyusunan makalah ini, banyak terdapat kekurangan maupun
kelemahan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi kesempuranaan pembuatan makalah selanjutnya. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca dan tentunya
makalah ini bisa diterima oleh dosen pembimbing.
Soroako, 21
Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 RUMUSAN
MASALAH
BAB 2 ISI
2.1
PENYAJIAN RUMUSAN MASALAH
2.1.1
PENGERTIAN EKSTRUSI
2.1.2
SEJARAH TEKNOLOGI EKSTRUSI
2.1.3
PROSES EKSTRUSI
2.1.4
JENIS-JENIS EKSTRUSI
2.1.5
PERALATAN PROSES EKSTRUSI
2.1.6
BAHAN-BAHAN PROSES EKSTRUSI
2.1.7
JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK EKSTRUSI
2.1.8
EKSTRUSI IMPAK
2.1.9
PROSES EKSTRUSI BERDASARKAN PROSES PEMBENTUKAN
2.1.10
PROSES EKSTRUSI YANG LAIN
2.1.11
SIFAT-SIFAT MATERIAL
BAB 3 PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
3.2
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Baja adalah paduan
antara besi (Fe) dan karbon (C) dengan penambahan paduan lainnya. Baja paling
banyak digunakan sebagai produk akhir seperti komponen otomotif, tranformer
listrik dan untuk proses manufaktur lainnya seperti proses pembuatan lembaran
besi, proses ekstrusi dan lain-lain. Dasar pemilihan pemakaian baja ini seiring
dengan terus berkembangnya industri otomotif dan kebutuhan masyarakat akan
kendaraan bermotor , komponen permesinan, ban konstruksi dan bidang lainnya
terutama didasarkan pada sifat mekaniknya jika sifat logam sangat keras sangat
sulit dalam pembentukannya. ( Tri Harya Wijaya, 2010 )
Sifat mekanik ini sangat ditentukan oleh
kandungan paduan yang terdapat di dalamnya. Kandungan unsur ini akan membentuk
struktur mikro pada baja, sehingga dengan merubah komposisi maka struktur mikro
juga berubah dan perubahan ini akan mempengaruhi sifat mekaniknya. Selain itu
perubahan struktur mikro juga dapat dilakukan dengan cara perlakuan panas yaitu
dengan merubah kecepatan pendinginan. Kemampuan pengerasan baja (hardenability)
memiliki rentangan yang besar sehingga dapat disesuaikan dengan sifat mekanik
yang sesuai dengan yang diinginkan dari dari bajaitu.
Paduan
logam baja karbon rendah yang terdiri besi (Fe) dan unsur-unsur karbon (C),
Silikon (Si), Mangan (Mn), Phosfor (P) dan unsur lainnya( Wikipedia, 2010a).
Salah satu tujuan terpenting dalam pengembangan material adalah menentukan
apakah struktur dan sifat-sifat material optimum, agar daya tahan yang dicapai
maksimum (Taufikkurrahman,dkk.,2005).
Pada
pengecoran dengan cetakan pasir, laju pembekuan tergolong lambat sehingga
karakteristik paduan yang dihasilkan cenderung memiliki butiran yang kasar yang
mengakibatkan kuat tarik dan kekerasan coran yang relatif rendah. Selain itu
pada pengecoran statik dengan cetakan pasir sering terjadi rongga penyusutan
dalam (internal sringkage) dan pengotor bukan logam (non metallic
inclusions) terdapat pada coran (Tata Surdia, 1975). Pengaturan komposisi
bahan pada tanur kupola sulit dilakukan karena pada proses peleburan
berlangsung, material yang mempunyai titik lebur yang lebih rendah akan mencair
terlebih dahulu dan material yang mempunyai titik cair yang lebih tinggi
mencair belakangan, sehingga ketika pengeluaran cairan logam dari tanur (tapping)
dilakukan, komposisinya dapat berubah dari tapping yang pertama ke tapping
selanjutnya. Komposisi dari logam cair juga dapat berubah karena tanur
kupola menggunakan bahan bakar kokas karena bahan bakar ini bersentuhan
langsung dengan logam cair, sehingga dapat terjadi penambahan karbon pada logam
cair akibat pemakaian kokas tersebut.(Haposan Situngkir, 2010)
Mikrostruktur
dari suatu material (yang secara umum dapat digolongkan kedalam logam, polimer,
keramik, dan komposit) dapat juga mempengaruhi sifat-sifat mekanik dari suatu
material (Wikipedia, 2007b). Aspek terpenting dari setiap bahan rekayasa
strukturnya, karena struktur suatu material berkaitan dengan komposisinya,
sifatnya, sejarahnya, dan kinerja pengolahannya. Komposisi logam menentukan
sifat dari logam tersebut sehingga perlu dilakukan analisis mikrostruktur.
Analisis mikrostruktur digunakan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana
bahan tersebut diproduksi dan kualitas bahan yang dihasilkan (Microstrukture)
Baja merupakan salah satu bahan yang
sangat banyak dipakai di seluruh dunia untuk keperluan kehidupan manusia,
khususnya di dunia industri. Ditemukan buat pertama kali oleh orang Mesir lebih
dari 4000 tahun yang lalu untuk perhiasan dan alat rumah tangga yangkemudian
berkembang menjadi bahan berharga dan dimanfaatkan orang setiap hari saat
ini.Untuk menjadikan baja, banyak proses yang dilakukan, sehingga membutuhkan
ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat dipakai dalam berbagai keperluan.
Pembuatan
baja/konvertor merupakan salah satu proses pembuatan alat-alat atau komponen
mesin yang membutuhkan pengetahuan dalam pengolahannya, karena itu penting
untuk diketahui proses-proses dan pencampuran bahan yang ada dalam penbikinan
baja dengan konvertor sebab sangat mempengaruhi kualitas hasil dari proses konvertor.
1.2
TUJUAN
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, tujuan di buatnya laporan ini adalah :
untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pembuatan baja.
Untuk mengetahui mengenai pembentukan baja profil dengan menggunakan proses tekan/ekstrusi.
Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat fisis bahan mekanik, sifat-sifat kimia bahan mekanik, serta contoh penggunaannya.
1.3
RUMUSAN
MASALAH
Setelah mengetahui latar belakang masalahnya, adapun
rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
·
Apa yang dimaksud
dengan proses ekstrusi ?
·
Bagaimana sejarah
teknologi ekstrusi ?
·
Bagaimana proses
ekstrusi itu ?
·
Apa saja
jenis-jenis ekstrusi ?
·
Apa saja
peralatan yang digunakan pada proses ekstrusi ?
·
Apa saja
bahan-bahan yang digunakan untuk proses ekstrusi ?
·
Apa saja jenis
cacat dalam produk ekstrusi ?
·
Apa yang dimaksud
dengan ekstrusi impak ?
·
Apa yang dimaksud
dengan ekstrusi hidrostatik ?
· Apa saja
klasifikasi proses ekstrusi berdasarkan proses pembentukannya?
·
Apa saja proses
ekstrusi yang lainnya ?
·
Apa saja
sifat-sifat fisis material dan sifat sifat mekanik material ?
BAB 2 ISI
2.1 Penyajian Rumusan Masalah
2.1.1 Pengertian Ekstrussion
Ekstrusi adalah proses
pembentukan dengan penekanan logam kerja sehingga mengalir melalui cetakan yang
terbuka untuk menghasilkan bentuk pada bagian melintang sesuai dengan yang
diinginkan.
Kelemahan Extrusion
• Permukaan retak - Bila permukaan ekstrusi pecah,
hal ini sering disebabkan oleh gesekan suhu ekstrusi, atau kecepatan terlalu
tinggi. Hal ini juga bisa terjadi pada suhu yang lebih rendah jika produk yang
diekstrusi hanya sementara.
• Pipa - Sebuah pola aliran yang menarik oksida
dari permukaan dan kotoran ke pusat produk. Pola seperti ini sering disebabkan
oleh gesekan yang tinggi atau pendinginan pada daerah luar billet tersebut.
• Bagian internal yang pecah - Bila titik
ekstrusi menghasilkan keretakkan atau void. Retak ini yang dikaitkan dengan keadaan
tegangan tarik hidrostatik di tengah zona deformasi die. (Situasi yang sama
dengan necked region dalam spesimen tegangan tarik)
• Garis Permukaan - Bila ada garis yang terlihat
pada permukaan profil materi yang diekstrusi. Hal ini sangat bergantung pada
kualitas die production dan seberapa baik die dipertahankan, karena beberapa
residu bahan diekstrusi dapat menempel ke permukaan die dan menghasilkan garis
timbul.
Aluminium, tembaga, kuningan, baja
dan plastik adalah contoh bahan yang paling banyak diproses dengan ekstrusi.
Contoh barang dari baja yang dibuat dengan proses ekstrusi adalah rel kereta
api.
Teknologi ekstrusi memungkinkan kita untuk
melakukan serangkaian proses pengolahan seperti mencampur, menggiling, memasak,
mendinginkan, mengeringkan dan mencetak dalam satu rangkaian proses saja.
2.1.2
Sejarah Teknologi Ekstrusi
Teknologi ekstrusi merupakan teknologi yang
cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah menciptakan mesin untuk
membuat pipa tanpa sambungan yang diperkirakan sebagai mesin ekstrusi pertama.
Tidak lama kemudian produk-produk lain seperti sabun, macaroni, dan bahan-bahan
bangunan diproses menggunakan mesin yang sama. Pada mesin ini untuk menggiling
dan mencampur bahan digunakan piston yang dioperasikan oleh tangan. Karena
keterbatasan proses yang dilakukan ekstruder terdahulu maka ekstruder yang
menggunakan ulir (screw) diciptakan untuk kebutuhan industri kabel. Konsep awal
yang diketahui mengenai ekstruder ulir tunggal ditemukan di tahun 1873 pada
suatu gambar rancangan milik Phoenix Gummiwerke A.G. Sementara ekstruder ulir
ganda yang pertama dikembangkan pada tahun 1869 oleh Follows dan Bates di
Inggris untuk keperluan industri sosis. Sejak saat itu penggunaan ekstruder
bagi pengolahan semakin meningkat (Janssen, 1978).
Proses ini tidak dikembangkan sampai 1820 ketika
Thomas Burr membuat hidrolik powered press pertama. Pada saat ini proses itu
disebut penyemprotan. Pada tahun 1894, Alexander Dick memperluas proses
ekstrusi dengan paduan tembaga dan logam.
2.1.3 Proses
Ekstrusi
Pada Logam - Bahan baku dipanaskan terlebih
dahulu agar menjadi lunak. Setelah itu dimasukkan dalam container. Sebuah ram
(stempel) menekan bahan tersebut melalui sebuah die (cetakan). Akibatnya bahan
menjadi mulur dan terbentuk sesuai dengan penampang die.
Pada Plastik - Khusus untuk ekstrusi plastik
proses pemanasan dan pelunakan bahan baku terjadi di dalam barrel akibat adaya
pemanas dan gesekan antar material akibat putaran screw
2.1.4 Jenis
ekstrusi
1.
Ekstrusi Panas
Hot ekstrusi adalah suatu proses kerja panas ,
yang berarti hal itu dilakukan pada suhu rekristalisasi material tersebut, hal
ini dilakukan untuk menjaga material dari pengerasan saat kerja dilakukan dan
untuk membuatnya lebih mudah mendorong material. Kebanyakan ekstrusi panas
dilakukan pada tekanan hidrolik horizontal yang berkisar dari 230 hingga 11.000
metrik ton (250 sampai 12.000 ton). Tekanan berkisar 3-70 MPa (4.400 hingga
100.000 psi), sehingga pelumasan diperlukan, dapat dihasilkan minyak atau
grafit untuk ekstrusi suhu yang lebih rendah, atau serbuk kaca untuk ekstrusi
suhu tinggi. Kerugian terbesar dari proses ini adalah biaya untuk mesin dan
pemeliharaannya.
Ekstrusi panas suhu untuk berbagai macam logam
Material Temperatur [° C (° F)]
Magnesium 350-450 (650-850)
Aluminium 350-500 (650-900)
Tembaga 600-1100 (1200-2000)
Baja 1200-1300 (2200-2400)
Titanium 700-1200 (1300-2100)
Nikel 1000-1200 (1900-2200)
Refractory paduan sampai dengan 2000 (4000)
Proses ekstrusi umumnya ekonomis, ketika
memproduksi antara beberapa kilogram (kg) hingga beberapa ton, tergantung pada
materi yang sedang diekstrusi. Ada titik crossover dimana roll forming menjadi
lebih ekonomis. Misalnya, beberapa baja menjadi lebih ekonomis jika diproduksi
lebih dari 20.000 kg (50.000 lb).
2.
Ekstrusi Dingin
Ekstrusi dingin dilakukan pada suhu kamar.
Keuntungannya jika dibandingkan dengan ekstrusi panas adalah kurangnya
oksidasi, kekuatan yang lebih tinggi karena pengerjaan dilakukan pada suhu
dingin , permukaan akhir yang dihasilkan baik, dan kecepatan ekstrusi cepat
jika bahan dikenakan tekanan panas (hot shortness).
Bahan yang umumnya digunakan pada ekstrusi
dingin meliputi: timbal, timah, aluminium, tembaga, zirkonium, titanium,
molybdenum, berilium, vanadium, niobium, dan baja.
Contoh produk yang dihasilkan oleh proses ini
adalah: alat pada proses pemadaman kebakaran, shock absorber silinder, dan
piston otomotif.
3.
Ekstrusi Hangat
Ekstrusi Hangat dilakukan di atas suhu kamar,
tetapi di bawah suhu rekristalisasi dari bahan, rentang suhu 800-1800 ° F
(424-975 ° C). Hal ini biasanya digunakan untuk mencapai keseimbangan kekuatan
yang diperlukan, daktilitas dan sifat ekstrusi final.
2.1.5 Peralatan
Mesin ekstrusi atau biasa disebut ekstruder
merupakan alat yang cukup sederhana namun memiliki keunikan tersendiri. Prinsip
dasar kerja alat ini ialah memasukkan bahan-bahan mentah yang akan diolah
kemudian didorong keluar melalui suatu lubang cetakan (die) dalam bentuk yang
diinginkan. Bila kita dahulu mengenal alat ekstrusi sistem ulir yang disebut
ekstruder berulir tunggal (Single Screw Extruder/SSE) maka akhir-akhir ini
telah dikembangkan ekstruder dengan ulir ganda (Twin Screw Extruder/TSE) yang
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pendahulunya.
2.1.6
Bahan-Bahan Proses Ekstrusi
a. Logam
• Aluminium adalah bahan yang paling umum
diekstrusi. Aluminium bisa menjadi ekstrusi panas atau ekstrusi dingin . Jika
ekstrusi panas, dipanaskan sampai 575-1100 °F (300 sampai 600 °C). Contoh
produk termasuk profil untuk trek, frame, rel, mullions , dan heat sink .
• Tembaga (1100-1825 °F (6-100 °C)) pipa, kawat,
batang kecil, batang, tabung, dan elektroda las. Seringkali lebih dari 100 ksi
(690 MPa) diperlukan untuk menghilangkan tembaga.
• Timbal dan timah (maksimum 575 °F (300 °C))
pipa, kawat, tabung, dan selubung kabel. Molten timbal juga dapat digunakan
pada billet di penekanan ekstrusi vertikal.
• Magnesium (575-1100 °F (300 sampai 600 °C))
suku cadang pesawat dan bagian industri nuklir. Magnesium adalah sebagai
extrudable atau aluminium.
• Seng (400-650 °F (200 sampai 350 °C)) batang
kecil, batang, tabung, komponen perangkat keras, fitting, dan handrails.
• Baja (1825-2375 °F (1000-1300 °C)) batang dan
trek. Biasanya baja karbon polos diekstrusi, tapi paduan baja dan stainless
steel juga bisa diekstrusi.
• Titanium (1100-1825 °F (6-100 °C)) komponen
pesawat, termasuk trek kursi, cincin mesin, dan bagian struktural lainnya.
Magnesium dan paduan aluminium biasanya memiliki
0,75 µm (30 μin) RMS atau menyelesaikan permukaan yang lebih baik. Titanium dan
baja dapat mencapai 3 mikrometer (120 μin) RMS.
Pada tahun 1950, Ugine Séjournet, dari Perancis
, menemukan sebuah proses yang menggunakan kaca sebagai pelumas untuk
mengekstrusi baja. The Ugine-Sejournet, atau Sejournet, proses ini sekarang
digunakan untuk bahan lain yang memiliki temperatur lebur yang lebih tinggi
daripada baja atau yang membutuhkan kisaran sempit temperatur menonjol. Proses
dimulai dengan memanaskan bahan dengan suhu ekstrusi dan kemudian menggulungnya
dalam bentuk bubuk kaca. kaca yang mencair dan membentuk film tipis, 20 sampai
30 mils (0,5 hingga 0,75 mm), dalam rangka untuk memisahkan dari dinding ruang
dan memungkinkan untuk bertindak sebagai pelumas. Segelas cincin tebal padat
yang 0,25-0,75 dalam (6 sampai 18 mm) tebal ditempatkan di ruangan pada mati
untuk melumasi ekstrusi seperti yang terpaksa melalui die. Keuntungan kedua
cincin ini kaca adalah kemampuan untuk mengisolasi panas bilet dari mati.
ekstrusi akan memiliki lapisan tebal juta 1 dari kaca, yang dapat dengan mudah
dihapus setelah mendingin.
Terobosan lain dalam pelumasan adalah penggunaan
lapisan fosfat. Dengan proses ini, dalam hubungannya dengan pelumasan kaca,
baja bisa dingin diekstrusi. Mantel fosfat kaca menyerap cairan pelumas untuk
menawarkan properti yang lebih baik bahkan.
b.
Plastik
Sectional melihat dari ekstruder plastik
menunjukkan komponen
Plastik ekstrusi biasanya menggunakan chip
plastik atau pelet, yang biasanya dikeringkan dalam gerbong sebelum menuju ke
feed sekrup. Resin polimer dipanaskan sampai cair dengan kombinasi elemen
pemanas dan pemanasan geser dari sekrup ekstrusi. sekrup kumpulan resin melalui
die, membentuk resin ke dalam bentuk yang diinginkan. ekstrudat ini didinginkan
dan dipadatkan kemudian ditarik melalui tangki die atau tangki air. Dalam
beberapa kasus ekstrudat ditarik melalui die sangat panjang, dalam proses yang
disebut pultrusion.
Sejumlah besar polimer yang digunakan dalam
produksi tabung plastik, pipa, batang, rel, segel, dan lembaran atau film.
Variasi
dari ekstrusi plastik
1. blown film
2. flat film and
sheet
3. ekstrusi pipa
4. ekstrusi
profil
5. pemintalan
benang
6. pelapisan
kabel
c. Keramik
Keramik juga dapat dibentuk menjadi bentuk
melalui ekstrusi. Terracotta ekstrusi digunakan untuk memproduksi pipa. bata
modern Banyak juga diproduksi menggunakan proses ekstrusi bata.
d.
Makanan
Macaroni adalah pasta berongga diekstrusi.
Ekstrusi telah menemukan aplikasi besar dalam
pengolahan makanan. Produk seperti pasta ,sereal , adonan kue , kentang goreng
, makanan bayi , kering makanan kering hewan peliharaan dan makanan ringan
sebagian besar diproduksi oleh ekstrusi. Dalam proses ekstrusi, bahan baku
tanah pertama ukuran partikel yang besar (biasanya konsistensi tepung kasar).
Campuran kering dilewatkan melalui pra-kondisioner, dimana bahan-bahan lain
yang ditambahkan (gula cair , lemak , pewarna , daging dan air tergantung pada
produk yang dibuat), uap juga ditambahkan untuk memulai proses memasak.
Campuran bahan kemudian dilewatkan melalui ekstruder, dan kemudian dipaksa
melalui die dimana dipotong sesuai panjang yang diinginkan. Proses memasak
berlangsung dalam extruder dimana produk menghasilkan panas dan gesekan sendiri
karena tekanan yang dihasilkan (10-20 bar). Proses memasak menggunakan proses
yang dikenal sebagai gelatinisasi pati . Pengekstrusi menggunakan proses ini
memiliki kapasitas 1-25 ton per jam tergantung pada desain.
Penggunaan proses pemasakan ekstrusi memberikan
manfaat makanan berikut:
§ Pati gelatinisasi
§ Denaturasi protein
§ Makanan mentah inaktivasi enzim
§ Pemusnahan alami racun
§ Berkurangnya dari mikroorganisme dalam produk akhir
Ekstrusi juga digunakan untuk memodifikasi pati
dan pelet pakan ternak .
Briket
Biomassa
Produksi ekstrusi teknologi briket bahan bakar
adalah proses limbah sekrup ekstrusi (jerami, sekam bunga matahari, soba, dll)
atau halus limbah kayu diparut (serbuk gergaji) di bawah tekanan tinggi bila
dipanaskan dengan suhu 160-350 ° C. Bahan bakar yang dihasilkan briket tidak
termasuk salah satu pengikat, tetapi satu alam - lignin yang terkandung dalam
sel limbah tanaman. Suhu selama kompresi, penyebab mencairnya permukaan batu
bata, sehingga lebih padat, yang penting untuk transportasi briket.
Desain
Rancangan profil ekstrusi memiliki dampak besar
bagaimana suatu bahan dapat diekstrusi. Ukuran maksimum untuk sebuah ekstrusi
ditentukan dengan mencari lingkaran terkecil yang sesuai sekitar bagian-silang,
ini disebut lingkaran circumscribing. diameter ini, pada gilirannya, mengontrol
ukuran mati yang diperlukan, yang pada akhirnya menentukan apakah bagian yang
akan cocok di pers diberikan. Misalnya, tekan yang lebih besar dapat menangani
60 cm (24 in) diameter lingkaran circumscribing untuk aluminium dan 55 cm (22
in). diameter lingkaran untuk baja dan titanium. Kompleksitas profil diekstrusi
secara kasar dapat diukur dengan menghitung faktor bentuk, yang merupakan
jumlah luas permukaan yang dihasilkan per unit massa ekstrusi. Hal ini
mempengaruhi biaya perkakas serta tingkat produksi.
bagian tebal umumnya membutuhkan ukuran bagian
meningkat. Agar bahan untuk aliran benar kaki sebaiknya tidak lebih dari
sepuluh kali lebih lama daripada ketebalannya. Jika bagian-silang asimetris,
bagian-bagian yang berdekatan harus sedekat mungkin dengan ukuran yang sama
mungkin. sudut tajam harus dihindari, karena aluminium dan magnesium radius
minimum harus 0,4 mm (1 / 64) dan untuk sudut baja harus 0,75 mm (0,030 in) dan
fillet harus 3 mm (0,12 in). Tabel berikut berisi silang minimum-bagian dan
ketebalan untuk berbagai material.
Material Minimum penampang [cm ² (persegi
masuk)] Minimum ketebalan [mm (masuk)]
Baja karbon 2.5 (0.40) 3.00 (0.120)
Baja tak berkarat 3.0-4.5 (0.45-0.70) 3.00-4.75
(0.120-0.187)
Titanium 3.0 (0.50) 3,80 (0,150)
Aluminium <2,5 (0,40) 1.00 (0.040)
Magnesium <2,5 (0,40) 1.00 (0.040)
2.1.11 Sifat-Sifat Material
Sifat Fisik merupakan kemampuan suatu bahan/material ditinjau
dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat dilihat atau tampak langsung dari
suatu bahan/material. Sifat fisik ini relatif tidak dapat dirubah. Beberapa
sifiat fisik yang dimiliki suatu bahan/material, antara lain:
1) Warna
Umumnya semua bahan/material mempunyai warna yang khas. Contoh:
tembaga berwarna merah, besi berwarna hitam, besi cor kelabu berwarna abu-abu,
alumanium berwarna keperakan, dsb.
2) Konduktivitas listrik
Sifat ini terjadi akibat pergerakan elektron-elektron melalui
kisi.
3) Kepadatan (density)
Yaitu berat persatuan volume bahan. Kebalikan dari densitas adalah
volume spesifik. Perkalian dari kedua besaran ini diperoleh volume atom.
Contoh: massa jenis, berat jenis, dll.
4) Sifat magnetik
Dikenal 2 tipe, yaitu:
a) Diamagnetik, tolak-menolak
dengan daerah magnet.
b) Paramagnetic
(feromagnetik), tarik-menarik dengan daerah magnet.
5) Sifat-sifat thermal
Sifat Mekanis
Kemampuan suatu bahan/material dalam menerima beban mekanis, baik
beban statis maupun beban dinamis. Contoh: ketangguhan, kelelahan, kekerasan,
ketahanan mulur, kekuatan tarik, dll.
Terdapat acuan data sifat mekanis material yang menentukan
spesifikasi standar material tersebut. Data tersebut diperoleh dengan uji
mekanis sesuai standar yang ditentukan. Data tersebut hanya berlaku pada
kondisi yang disebutkan, bila material telah mengalami perlakuan tertentu,
sifat mekanisnya dapat berubah. Beberapa standar spesifikasi yang biasa
digunakan, antara lain: ISO, SAE, JIS, AISI, DIN. Beberapa spesifikasi sifat
mekanis yang dimiliki material yaitu:
1) Strength (kekuatan)
Yaitu kemampuan material/bahan untuk menahan pengaruh gaya-gaya
luar yang bekerja sampai pada batas kerusakan. Beberapa macam kekuatan logam
dapat dibaca dalam materi pengujian sifat mekanis logam.
2) Stifness (kekakuan)
Yaitu kemampuan bahan untuk menahan perubahan bentuk (deformasi).
3) Elasticity (elastisitas)
Yaitu sifat bahan yang dapat kembali (regain) ke bentuk semula
setelah deformasi terjadi, pada saat gaya luar atau beban dihilangkan.
4) Plasticity (plastisitas)
Yaitu sifat material yang tidak dapat kembali (retain) kebentuk
semula akibat deformasi dibawah beban permanen. Sering disebut deformasi
permanen.
5) Ductility (keliatan)
Yaitu kemampuan bahan untuk menahan beban patah dan mudah dibentuk
atau diolah seperti pengerolan, penarikan dan sebagainya. Semakin besar
keliatan suatu bahan maka semakin aman terhadap kemungkinan patah. Keliatan
pada umumnya dinyatakan oleh regangan teknis sampai titik patah (break) dari
suatu pengujian tarik. Besarnya keliatan dinyatakan dalam persentasi
perpanjangan dan persentasi pengecilan luas.
6) Keuletan
Menyatakan energi yang diabsorbsi oleh bahan sampai titik patah,
yaitu merupakan luas bidang dibawah kurva tegangan regangan.
7) Kelelahan
Patahan lelah disebabkan oleh tegangan berulang dan juga dapat
terjadi pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan tarik statik pada bahan struktur
tanpa konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan tegangan
diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang lebih rendah. Jadi
kelelahan memegang peran utama dalam putusnya bahan secara mendadak pada penggunaan
suatu struktur atau komponen. Proses terjadinya patah lelah, yaitu: terjadinya
retakan awal, perambatan retakan lelah, patahan static terhadap luas penampang
sisa. Sedangkan untuk mencegahnya maka perlu dilakukan pengawasan pada setiap
prosesnya.
8) Creep (melar)
Beberapa bahan dapat berdeformasi secara kontinu dan
perlahan-lahan dala m periode waktu yang lama jika dibebani secara tetap.
Deformasi semacam ini, yang tergantung pada waktu disebut melar.
9) Keausan
Terjadi karena adanya gesekan (friction) pada bidang kontak
saat sebuah komponen bergerak dengan tahanan. Jika hal tersebut terjadi secara
terus-menerus maka abrasi (pengikisan) akan berlanjut dan merusak keliatan
komponen yang selanjutnya berkembang terus menjadi lebih parah sampai suatu
saat patah.
10) Kekerasan
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ekstrusi
merupakan proses pembentukan dengan penekanan logam kerja sehingga mengalir
melalui cetakan yang terbuka untuk menghasilkan bentuk pada bagian melintang
sesuai dengan yang diinginkan. Bahan-bahan yang dapat di ekstrusi diantara
plastik, logam, aluminium, keramik, dll.
3.2 SARAN
Jangan membuang plastic disembarang
tempat, dan jangan mengunakan plastic untuk membungkus atau menaruh makan panas
kedalam plastik karena senyawa plastic dapat
berpindah ke makan tersebut.
Jangan mencampur atau pisahkan sampah besi/logam dengan sampah
plastic karena benda-benda tersebut masih bisa di olah kembali menjadi barang
baru salah satunya dengan menggunakan proses Ekstrusi, karena proses tersebut
tidak hanya dapat di lakukan pada besi/logam, plastic maupun makanan juga bisa
dip roses dengan menggunakan proses ekstrusi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tata Surdia dan
Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan, Pradnya Paramita, 2005
2.
William D.
Callister Jr, Materials Science and Engineering, An Introduction, Wiley,
2004
3.
William F. Smith,
Principle of Materials Science and Engineering, Mc Graw Hill, 1996
4.
Lawrence H. Van
Vlack, Ilmu dan Teknologi Bahan (terjemahan), Erlangga, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar